Dalam hidup ini prinsiplah yang harusnya dimiliki oleh manusia. maka
akan menjadi sangat pentinglah manusia memiliki dan berpegang teguh pada
prinsip hidupnya masing-masing.
Sungguh ini yang aku
rindukan. Berdiskusi denganmu. Menyingkap yang tersimpan dalam
kehidupan. Jika aku tidak salah ingat, sudah lama moment ini tidak aku
rasakan. Keluarga kecil yang hangat. Keluarga kecil yang sangat aku
syukuri. Aduhai Bapak yang sungguh sulit aku cari saat dimana Kau
bersedih dan mengeluh. Malam ini kami melingkar menyibak makna menuai
hikmah.
Dengan ketenangan dan tanpa adanya keluh kesah.
Semua masalah kau gambarkan dengan ajang lomba kesabaran dan ketaatan
semata. Duhai Bapak kudengarkan prinsip hidumpu yang baru kau sampaikan
dimalam ini. Dikelilingi gemericik air berjatuhan dari atap rumah.
Semakin berirama dengan gemersak dedaunan yang diserang air hujan. Sudah lama rasanya Bapak tak bercerita denganku.
Malam
ini beliau bercerita tentang prinsip dalam hidupnya. Beliau memiliki 3
kalimat hebat yang menjadi prinsip hidupnya selama ini. Istighna’u ‘aninnas, Tulul ‘umri litho’atillah, Jalbu Rizqi lil “ibadah.
Hihi.. aku hanya ngowoh..
menunggu penjelasan Bapak selanjutnya.
Istighna’u ‘aninnas artinya. Beliau menjelaskan dengan begitu rinci maksud dari kalimat itu. “maksude
menungso iku ojo tergantung karo manungso liyo. Istighna’ nang kunu
duduk teros ngeroso sugeh, sombong, gak butuh wong liyo.. tapi, iso.o
ojo nggantung nang wong liyo. Usaha dewe “ terang Bapak.
saya
bantu mengartikan. bahwa Istighna' disini bukan berarti merasa kaya,
sombong dan tidak membutuhkan orang lain sama sekali. istighna' disini
berarti beruasaha sekuat tenaga dengan tidak menggantung kepada orang
lain.
Beliau membenarkan posisi duduk. Akupun hanya terdiam menunggu kalimat hebat selanjutnya.
“Terus seng nomer loro Tulul ‘umri litto’atillah. Lek umur seng dowo, maksude umure manungso iki dowone digawe thoat karo Gusti Allah.”
yang
kedua ini maksudnya seluruh umur yang kita punya. hingga sekarang ini
jangan disia-siakan kecuali untuk taat kepada Allah semata.
Ohh... nggeh, nggeh.. terus-terus,...
“Seng nomer telu Jalbu Rizqi lil ‘ibadah. Nggolek rejeki digawe ibadah. ojo kok Ibadaaah took ora nyambut gawe. Nyambut gaweee tok ora ibadah.”
Maksudnya
Jalbu Rizqi Lil 'ibadah disini. jadikan mencari rizqi itu untuk
beribadah. niatkan segala kegiatan termasuk yang sering menyesatkan
manusia seperti encari rizqi ini dengan niat ibadah.
Oh, iya.aiya..
Bapak pun menambahkan.
Seng taat karo guru. seng apikan karo konco..
“Seng seneng moco-moco . opo ae.. kisah-kisah seng kenek dadi panutan. Ojo gampang ngersulo. moco lingkungan“
“Ojo
wedi gak panen. Nanduro terus. Gak mungkin gak panen blas. Sak
abot-abote urip iku mesti enek dalan mesti enek apike. terus duweo
niatan seng apik”
Mungkin itulah sedikit
yang bisa kusimpulkan dari melingkarnya kami berempat. Aku hanya
tercengang melihat Bapakku yang bertutur tenang dan sungguh bersahabat.
Kau tidak banyak bicara denganku. tapi seorang Ibu menceritakan
segalanya tentangmu. Bagaimana kau menyampaikan kebaikan, bagamana kau
menjawab pertanyaan, bagaimana kau menafsirkan sesuatu.
FATHER.. THE BEST TEACHER... (digugu lan ditiru)
MOTHER.. THE BEST TRAINER.. (train without any abhorence)
Kediri, 15 Desember 2013 (home sweet home)
0 comments:
Posting Komentar