RSS

Sabtu, 02 November 2013

"Tiga Titik" Mnyakitkan

Tiga titik
. . .


.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................

Terluka..
Berdarah..
Sakit..
tapi bagaiman lagi, aku sudah tidak bisa lagi membenci..

Jika ditanya apakah ada alasan untukku bisa membencinya, jawabannya seharusnya 'ada'.
tapi mengapa harus terkubur semua yang membuatku benci..
Taukah kau..
Jika sampai saat itu..?
Entahlah Tuhan, aku akan tetap seperti ini ataukah akan berubah. engkau tahu apa yang telah Kau tulis dalam naskah terbaik sepanjang masa. Naskah yang berada di lauh mahfudzMuitu, pada naskah itu aku harus patuh, padaMu aku bergantung lengkap dengan segala konsekuensi dalam memilih.

Aku tidak terburu-buru Tuhan..
Shinta saja mau menunggu lebih dari sepuluh tahun dalam pembuktian cinta. sepuluh tahun dalam pengasingan. "sepuluh tahun bukan apa-apanya dibandingkan dengan kekuatan cinta" itu yang dikatakan oleh seorang putri dalam kisah ramayana itu.

Aiiihh...
Konyol..
siapa aku..
Tidak ada sepucuk kuku aku dengan Dewi Shinta. Setidaknya ini karena kisah dan gender.hehe ^_^

Seperti embun pagi yang akan musnah saat mentari datang. semoga kau mengerti wahai perasaan yang tak mungkin akan kalah darimu. Aku hanya ingin kau menjadi embun pagi dengan seluruh keikhlasan ketika mentari datang.

Wahai yang disana, mungkin kau sedang lakukan hal yang sama sepertiku. Dalam kisah ini, akan tetap ada "tiga titik" membentuk huruf 'L' . itu yang tak akan lepas dari ingatanku.


Demikianlah wanita itu rasakan kecamuk seketika dalam hati.


18.10.13
<photo id="1" />

Selasa, 02 April 2013

Obrolan Mahasiswa Kere Mendadak

  kelas bagaikan kamar mandi. suasananya penuh dengan kenyamanan tuk hidupkan imajinasi liar. Empat anak itu duduk berdampingan sejajar dibaris paling belakang. Dua diantaranya sih baik-baik saja. Mereka berdua menikmati suara dosen yang mbuh lah ngomong bahasa apa itu, bhasa inggris tapi kok medok bangeet. Sedang dua anak yang lain, sebut saja Si F dan R.  Raga mereka dikelas, tapi hati, pandangannya ndak tau kemana. Apalagi si F yang duduk dipinggir jendela, pandangannya terus mencuat keluar jendela. Dia ndak akan menghapad kedepan jika dosen tak memanggil namanya untuk menjawab pertanyaan.
"eh, tak dudui yo.. duwitku lo mek semene, ki yak opo, padahal lagek wingi aku muleh" celetuk si R
      " yak opo ya carane entok duwet? Aku yo gak duwe duwet ki" si F menimpali.
"lah wong ya, gawe tuku bensin ae lo ga enek.. hehe??" tambah si F
      "eh, lebay amu ku, mosok gawe bensin ae gak enek?,
"hehe, iyo,, bensin digawe muleh lo yo ga enek, katene ngomong nang wong tuo lo ga wani aku, wingi telpon, ak ngomong duwite ijek, karepku yo ben ora kepikiran"
       "yo wes, amu duwe opo seng rodok berharga ngunu?"
"opo..? ikuu motor, mosok iyoo gadekne motor digawe tuku bensin, seng genah ae..??"
        "yo wes lek ngunu, laptopmu ae gadekne, ngko lek wes duwe duwet tebusen"
"ojoo reek,, lak yo gak duwe laptop aku"
        "yo wes hapemu ae"
"halaah..  payu piro..??"
       "opo, hape ku ae wes gadekne.."
"haha, ngawur.. "
      "lha dirimu yak opo?"
"ak ngunu sek duwe mas rek, kuliah nang malang, yoo ngko aku iso utang. hehe.."

ok, class, I think time is over, see you..
assalamualaikum..
"loh-loh, wes mari a..??, kok cepett?? " kata F
"iyoo, lha wong kita ngomong tok, masalah duweet" jawab si R
"hehe.. ayo wes metu.."

Mastar, 06 maret '13

Ivy-Bloom

Duhai kau ivy..
semua tergantung mata yang melihatmu
terkadang indah terkadang tidak
Meski mekarmu tak seelok mawar kuncup..
kau tetap tegar, meski akarmu tak menapak tanah

Menjalar, melekat dimana kau berinang
Mencari celah, mencari hangatnya mentari
Perlahan, kau tutupi seluruh inangmu tanpa kecuali

Bukan ambisius..
Tapi itulah tujuan hidupmu,
Mewarnai inangmu yang perlahan kan hancur,
menahan panas dan kejamnya alam..
Membangun istana ivy semegah cita dan anganmu

terkadang engkau tak tau harus kemana langkah pucukmu kan menuju
kau tak cukup berani sebrangi inang lain berjembatan udara
terkadang kau lelah lanjutkan pengembaraamnu selimuti sang inang yang kokoh
hingga hangatnya mentari sentuh lembut tubuhmu yang lelah menggapai asa

23.3.13
9.09
<photo id="1" />

Sabtu, 02 Maret 2013

Aurora dalam Gelap

Entah dengan apa dan sampai kapan pesan ini akan tersampaikan. Dedanuanan hijau tak lagi bisa menahan tetesan air hujan yang semakin lama semakin deras. Aku tak perlu memuntahkan semua isi hati pada hati yang berlubang. Karena mungkin gunung sudah bersepakat untuk tetap setia bersama pepohonan jika tanah masih pancarkan pesonanya. Bukan berarti kasuari yang bertengger itu tidak bosan melihat warna bulunya yang sedari dulu sulit untuk berubah. Angin malam sulit selimuti rona masam gadis desa yang senyum sedikit  memaksa saat sang pageran datang. Ia terperanjat oleh rasa yang tak mungkin lagi bisa ia simpan terlalu lama.

Semburat sinar yang terpancar dari celah-celah pepohonan adalah rona tersembunyi sang rembulan itu wahai malam. Malam ini desa begitu ramai, begitu ceria. Entah dengan apa dan sampa kapan pesan ini akan tersampaikan. Bagai seikat bunga melati semerbak dalam hati selimuti lamunan. Masih belum bisa lahir dan batin ini menerima apa yang tak lama terjadi. Aku yakin Tuhan tak akan pernah bebankan seiris roti untuk semut dalam satu kali angkutan. Jika semua wajah itu mulai terlukis kembali, mungkin aku tak lagi ingin warna itu terhapus dalam ingatan.

Secangkir kopi mungkin sudah cukup untuk menawar rindu yang semakin lama akan semakin terkikis. Keyakinan bukan untuk diucapkan. Cukup hati yang tahu dan mendengarnya. Apakah ini adil, merindukan seseorang tanpa kita tahu apakah ia merindukan kita. Sangat dingin dan beku rasa hati yang sulit untuk dipahami.
Engkau muncul disetiap warna pelangi di lorong-lorong mimpiku. Sayup mata teduh menentramkan. Senyum hangatmu wahai pangeran impian, hangatkan jiwa merindu ini. ternyata jarak tak sanggup hapus bayangmu dalam belantara anganku.




Dampit, Juli 2013
beterbangan diatas keyboard